Jumat, 20 Maret 2009

SILAHKAN HUJAT KAMI, TUAN PAUS

KURMA JUM'AT
MINGGU III SEPT.2006

SILAHKAN HUJAT KAMI, TUAN PAUS

Kabar baru yang dibawa Muhammad kalian bakal menjumpai hal-hal yang tidak manusiawi sebagaimana perintahnya menyebarkan agama yang dipeluknya dengan pedang.

kalimat tersebut merupakan petikan pidato Paus pada Selasa, 12 September 2006 lalu di Universitas Regenburg, Bavaria, Jerman. Paus mengutip kalimat itu dari ucapan seorang kaisar Byzantium, Manuel II Paleologus ketika sedang bercaka-cakap dengan seorang Persia terpelajar.
Barangkali takkan ada masalah jika kalimat tersebut hanya diucapkan secara terbatas pada sidang Gereja. Namun apa jadinya jika hal itu disampaikan di depan publik secara terbuka? Ditambah lagi yang mengucapkannnya adalah Paus, pemimpin tertinggi penganut Katolik sedunia?!
Adalah wajar bila kemudian kutipan ini menuai protes dari umat Muslim. Bagaimana pun, meski Vatikan berkelit bahwa Paus hanya mengutip dan kutipan tersebut tidak sesuai dengan pendapat pribadinya, kalimat tersebut telah melukai perasaan umat Islam. Siapapun yang mendengarnya saat pertama kali akan menemukan atmosfer kebencian yang begitu kuat terhadap Islam. Bahkan secara langsung kalimat tersebut 'menyerang' Islam dengan julukan agama kekerasan, agama barbar.
Meski dengan jelas telah keliru, apalagi diketahui pidato itu Paus sendiri yang menyusunnya, Paus Benedictus enggan meminta maaf secara eksplisit. Yang keluar dari bibirnya hanya “Saya sangat menyesal atas terjadinya reaksi di sejumlah negara terhadap pernyataan yang saya ucapkan di Universitas Regenburg yang dianggap serangan terhadap sesuatu yang sensitif bagi Muslim” (Republika, 18/9/06).
Mendagri Turki, Mehmet Aydin menanggapinya dengan sinis, “sebenarnya persoalan apa yang disesalkan Paus? Apakah penyesalan karena telah menyakiti hati umat Islam, ataukah menyesal atas konsekuensi yang kemudian muncul dari pernyataan tersebut?” apapun itu, yang pasti dalam kasus ini, Paus memang tidak memiliki itikad baik untuk mengaku salah. Namun, beruntunglah dunia Islam memiliki seorang Ahmadinejad. Dalam pernyataannya di sela kunjungan ke Venezuela, Ahmadinejad berkata bahwa ia menerima penyesalan Paus, dengan catatan tidak akan ada lagi pengulangan. Setelah itu, perlahan gelombang protes mulai surut.

Silahkan Hujat!
pernyataan Paus tentang umat Islam tersebut jelas bukan sesuatu yang bijaksana. Bahkan dalam editorialnya, koran Tempo (19/9/06) menyebutnya sebagai 'blunder' yang berbahaya. Apalagi jika ditilik dari suhu yang sedang panas selepas peristiwa 11 September dan pemuatan karikatur Nabi Muhammad. Maka ucapan Paus ini -sekalipun dikatakan hanya mengutip- seolah menjadi pelengkap pandangan sinis Barat terhadap umat Islam. Secara umum ini dapat diartikan Paus mengamini pandangan Barat yang menyamakan Islam dengan terorisme.
Seharusnya, jika ia cerdas dan bijak, ia akan belajar dari peristiwa beberapa bulan sebelumnya, bagaimana kerasnya protes umat Islam atas pemuatan kartun Nabi Muhammad di koran Jyllend Posten asal Denmark. Mungkinkah Paus lupa bagaimana umat Islam dari Maroko, kawasan Teluk bahkan di Eropa dan AS bersatu mengecam keras tindakan tak terpuji tersebut? Apapun itu, seharusnya sebagai seorang yang telah mendalami agama selama puluhan tahun, ia paham betapa sensitifnya isu agama. Bukankah salah satu tanda keimanan itu bisa dilihat dari bagaimana seorang memperlakukan saudaranya yang berbeda iman?
Jika Paus ingin menguji kekuatan umat Islam, maka ia telah melakukan kesalahan terbesar. Umat Islam memang terpecah belah -dalam arti tidak memiliki satu pimpinan tertinggi layaknya Paus dalam agama Katolik- namun perlu dicatat bahwa mereka tetap satu keyakinan. Dan sekali keyakinan itu ternoda, tak pelak umat Islam dari glongan manapun akan membela. Perlu diingat juga umat Islam itu tidak sedikit jumlahnya, dan bila semua bersatu dan menggaungkan takbir, maka takkan ada yang mampu mengalahkan mereka. Silahkan hujat, karena semakin sering dihujat, semakin erat rasa bersatu dan semakin cepat pula datangnya kehancuran kaum kafir yang tiran.

Siapa yang Membawa Pedang?
Pernahkah dalam sejarah Islam kita dapati Rasulullah meneyrang suatu kaum tanpa sebab? Pernahkah Rasulullah melakukan paksaan terhadap orang kafir untuk masuk Islam? Jawabannya: TIDAK! Dalam Shirah Rasulullah bersama dengan pasukan Muslim memang melakukan dan melewati peperangan dengan kafir Quraisy. Tapi, perlu dicatat Rasulullah tak pernah menyerang jika pihak musuh tidak memulai pertempuran lebih dahulu. Pun tidak pernah kita temukan adanya pemaksaan bagi seseorang atau suatu kaum untuk memeluk Islam. Karena Islam sendiri sangat menghormati hak umat lain sebagaimana disebutkan dalam QS. Al Kafiruun 6: Untukmu agamamu, untukku agamaku.
Sebagai contoh konkret, Rasulullah membuat piagam Madinah demi menghormati hak setiap suku, agama, ras yang ada di Madinah. Lalu pedang seperti apa yang dibawa Nabi Muhammad yang dikatakan tidak manusiawi itu?
Jika pedang itu bermakna keberanian untuk menegakkan perdamaian, kebenaran dan keadilan, maka jawabannya: Ya.
Kita juga bisa membandingkan dengan bagaimana perlakuan yang diaapat tawanan Israel oleh pejuang Palestina dengan tawanan Muslim di Guantanamo. Tawanan Israel itu dapat berkirim surat pada keluarganya untuk mengabarkan dirinya baik-baik saja. Sementara, tahanan Muslim Guantanamo disiksa dengan cara-cara tidak manusiawi. Jangnkan menulis surat, untuk berbaring saja mereka harus menahan sakit yang luar biasa. Jadi, siapa sesungguhnya yang membawa pedang?
Wallahu 'alam.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

subhanalloh kurma lahir kembali!
semoga ke depan lebih baik dan lebih inovatif serta membumi,.
membantu mewujudkan Fisipol islami bukan hanya mimpi...

Saran : tambah referansi dari media islam lain seperti eramuslim, swaramuslim, penting juga mem-blogroll situs2 seperti al-manhaj. yang berkaitan dengan pengetahuan tentang hadits.,..