Senin, 29 Maret 2010

BANK CENTURY, UYA KUYA, DAN UPIN-IPIN

BANK CENTURY, UYA KUYA, DAN UPIN-IPIN

Duo kembar berkepala plontos tak henti-hentinya berpikir. Mereka bertanya kepada Oopah tetapi tak ada jawaban yang menjelaskanya. Mereka menemui Kak Ros tapi malah kena semprot karena mengganggunya. Kak Ros sedang memasak. Lalu, tak ada pilihan lain, mereka langsung menuruni tangga rumah panggungnya menuju halaman untuk bermain. Ketika di halaman, Fizi dan Ehsan datang dengan pakaian perlentenya, Jarjit datang dengan pantun tak beraturanya.
Channel Berganti, tiba-tiba tanyangan yang sangat menggemparkan dipertontonkan. Orang yang nampak tak sadar ditertawakan banyak orang karena bertingkah sangat lucu, bahkan kadang tak manusiawi. Ternyata tingkahnya dikendalikan oleh seseorang yang mirip presenter SCTV, Kuya. Oh ternyata memang Uya Kuya.
Channel berganti lagi, Grace Natalie berada di gedung DPR, kamera menyoroti dengan seksama, Pejabat-pejabat negara berdiri disekitarnya, kata-kata yang sering diucapkanya adalah sistemik, hak angket, pansus, dan bailout. Ya, semua orang pasti tahu, Sumber dari kata-katanya, apa lagi kalau bukan, Bank Century. Kali ini channel tidak diganti, bukan karena acaranya tidak membosankan tapi karena channel lain juga menayangkan hal yang sama. Mau ganti chanel juga percuma. Tema besar Bank Century memang ibarat opera yang sedang laris-larisnya dipertunjukan. Pemain yang berada dipanggung biasanya para ekonom dan politisi. Penontonya tentu saja yang menggonta-ganti channel tadi.
Pada dasarnya kasus Century adalah sebuah keniscayaan. Namun yang musti dipertanyakan adalah mengapa terjadi? Jawaban dari setiap pertanyaan yang mengarah kepada kasus Century sebenarnya hanya bermuara pada tiga hal yaitu sistem, aktor, atau keduanya. Segala sistem yang ada pada saat ini dilahirkan oleh sebuah ideologi. Sebagian besar sepakat bahwa ideology yang berkuasa saat ini adalah Kapitalis. Tentu saja sistemnya pun juga sistem kapitalis, dalam hal ini adalah sistem dalam ranah perbankan. Sudah banyak thesis yang menjelaskan kebobrokan sistem ini, meski di lain sisi masih banyak yang mendukungnya. Tetapi cukuplah ketimpangan yang ada, baik secara politik, sosial, maupun ekonomi sebagai bukti mana yang benar dan mana yang bathil. Dilihat dari sudut pandang aktor, sudah pasti kasus Century tak akan muncul tanpa adanya aktor yang ‘bermain’ didalamnya. Manusia adalah aktor dalam segala hal. Sistem perbankan adalah sarananya. Bahkan aktor lebih berperan daripada sistem dalam memunculkan peristiwa. Bila seorang dengan mental pencuri melihat jendela yang terbuka, Hp di dalam ruangan bisa hilang. Bila jendelanya terkunci, linggis akan beraksi membobol, Hp pun lenyap juga. Mengapa demikian? karena aktorlah yang menentukan. Salah satu dari penyebab munculnya fenomena Century bisa karena sistem atau aktor atau bisa pula keduanya. Sesungguhnya, perubahan dimulai dari pola pikir dan pola perilaku (behavior). Karena Allah tak akan merubah apa-apa yang ada pada suatu kaum tanpa kaum itu merubahnya sendiri. Artinya, fenomena Century bisa muncul kembali walaupun kasusnya sudah selesai atau aktor yang bersalah dihukum. Sebab, pola pikir dan pola perilaku tidak ikut dirubah. Bukankah begitu?
Channel diganti, Ipin menjawab: “betul, betul, betul”

Biro Media dan Opini JMF UGM

Tidak ada komentar: